Anak ini cukup tampan perangainya pun enak dilihat namun, satu hal yang membuat hidupnya selalu merasa kurang arti adalah kecelakaan yang terjadi 3 tahun silam yang membuat salah satu organ tubuhnya tidak Nampak sempurna meskipun masih berfungsi secara normal. Self esteem yang rendah membuatnya merasa tersisihkan dala pergaulannya sehari-hari. Seringkali ia merasa orang tidak sempurna bahkan tidak ragu-ragu lagi ia menyebut dirinya sebagai anak cacat meskipun tidak Nampak kecacatan itu. Sudah sekian lama ia memendam rasa kecewa dalam dirinya lantaran cacat yang ia derita terlebih jika teman-teman bermainnya mulai meledek ‘ngecengin’ si tangan bengkok. Kemarahannyapun memuncak ketika suatu hari dikala hujan deras memaksa kami berteduh di koridor sekolah. Dikala itu teman satu angkatan berkumpul sambil berkelakar ria, mulailah canda dan saling ‘ngecenging’ keluar dari kata-kata kami. Sebutan si kepala besar, rahang buaya hingga si tangan bengkok. Ejekan itu rupanya memancing emosinya terdorong rasa malu karena di ejek teman se angkatan ia mulai memaki dan dengan emosinya, “anjing-anjing luh semua” tegurnya. Tak disangka salah satu teman kami naik pitam dan kemudian mulai menghardik balik dan tejadilah adu dorong dengan emosi ingin saling memukul. Meskipun telah dipisahkan rasa sakit hati dan malu mengungkit luka lama, I berujar “gua gak butuh luh semua, luh cuman bisa manfaatin gua”. Rasa kecewa mendalam itu akhirnya membuat ia memutuskan untuk berhenti sekolah menjauhi masalah dan seluruh teman yang dibencinya. Kesimpulan itu terucap ketika sesampainya dirumah ia menangis sejadi-jadinya disaksikan oleh sang ibu yang penuh tanda tanya, ‘ada apa dengan anaknya?’
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar